Oleh: Adi Kumis
Koordinator Relawan Sahabat Supian Suri
Depok, Planetdepok.com – Selama 25 tahun perjalanan Kota Depok bukan tanpa pembangunan, tapi Depok begini-gini aja. Banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.
Dikenal sebagai daerah yang religius, bahkan belakangan ini dengan jargon kota 1.000 maulid, ternyata pembangunan sekolah islam negeri atau madrasah bisa dibilang nyaris nol.
Selama 20 tahun hanya terbangun 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Itu pun last minute, jelang akhir masa jabatan. Artinya, Depok saat ini baru punya 1 MTs Negeri dan 1 MI Negeri.
Jumlah ini, tak sebanding dengan Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang menjamur di Kota Depok.
Pertanyaannya? Dimana tanggung jawab Pemkot Depok? Membangun SMP dan SMA Negeri meski terseok-seok saja bisa, kenapa Madrasah Negeri tidak bisa?
Entah kita harus menunggu jawabannya atau tidak. Karena biasanya jawabannya klise, tiada anggaran untuk penyediaan lahan.
Aset pemkot cukup banyak, bahkan ada juga yang disewakan untuk bangunan sekolah. Kenapa tidak diberikan untuk madrasah negeri. Atau memang karena tidak menjadi prioritas.
Dalam hal keagamaan, Kota Depok yang dikenal religius bahkan tidak mampu mewujudkan rencana pembangunan masjid agung di Jalan Margonda Kota Depok, yang notabene biaya pembangunannya sudah dianggarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Nah, bicara dari infrastuktur jalan dan kemacetan, boleh dibilang tak ada ruas jalan yang bertambah di Kota Depok., baik dari ujung timur ke barat, atau melintang dari selatan ke utara.
Kemacetan dari hari ke hari terasa semakin parah, seiring dengan makin banyaknya jumlah penduduk, baik dari pertumbuhan maupun pertambahan.
Contohnya, kemacetan di Jalan Raya Sawangan, yang seakan tidak ada obatnya bahkan menjadi stempel negatif Kota Depok.
20 Tahun mengalir begitu saja, padahal wacana pelebaran jalan sudah digaungkan sekian lamanya. Sia-sia membuang waktu, berharap, dan akhirnya kecewa.
Memang ada jalan tol, namun keberadaannya belum mampu mengurai kemacetan di jalur arteri.
Masalah kebersihan kini pun jadi PR Pemerintah Kota Depok. Daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung sudah melebihi kapasitas.
TPA yang dulunya hanya bagian-bagian kolamnya dipenuhi sampah, kini jalan di antara kolam pun penuh. Gunung Sampah TPA Cipayung.
Tak hanya di TPA Cipayung, gunungan dan ceceran sampah juga dapat dilihat di berbagai tempat. Lihat saja TPS Pasar Cisalak, Pasar Kemirimuka, hingga Pasar Agung.
Belum lagi di ruas-ruas jalan yang berceceran sampah berbungkus plastik berukuran besar, seperti jalan Juanda, Jalan Pekapuran, Jalan Raya Tapos, dan lainnya.
Di sektor kesehatan, Depok cuma bisa membangun 1 RSUD yang ada di wilayah Tapos. Padahal ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai, sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Itu hanya secuil pekerjaan rumah yang tidak mampu dituntaskan Pemerintah Kota Depok selama ini.
Butuh adanya penyegaran, hubungan yang semakin harmonis dengan provinsi dan pusat agar percepatan pembangunan Kota Depok semakin bisa dikebut.
Sosok yang diyakini bisa merealisasikan hal tersebut adalah Supian Suri, yang saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok.
Berlayar belakang birokrat murni, membuat SS (sapaan Supian Suri) tidak terbelenggu kepentingan dengan provinsi dan pusat.
Pemahamannya dalam masalah anggaran di Kota Depok, diyakni akan mampu menggolkan program yang menjadi prioritas, sehingga Depok bisa mengubah wajahnya menjadi lebih glowing.