BEDAHAN, PLANET DEPOK. COM – Kebanyakan orang biasanya paling enggan berhubungan dengan lintah, pasalnya dapat menghisap darah, namun hal itu tidak berlaku bagi Abdul Gani (50), warga yang bermukim di RT 02/ 16 RW Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan.
Ditangan Abdul Gani, justru lintah dibudidayakan, selain untuk memenuhi permintaan konsumen, juga dimanfaatkan sebagai terapi bagi yang mengalami sakit.
Lintah yang dicari dari kawasan berair seperti rawa-rawa dan kali, di wilayah Kelurahan Pengasinan, Kota Depok hingga Raga Mukti, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor ini dibudidaya sejak 5 tahun silam.
“Saya mulai membudidayakan lintah sekitar 2016, awalnya keinginan budidaya lintah karena adanya permintaan konsumen, sehingga saya mencari lintah ke rawa-rawa dan kali yang ada di wilayah Pengasinan termasuk di Kali Putih, Desa Raga Jaya,” paparnya.
Satu ekor lintah, menurut Abdul Gani bisa berkembang biak menjadi lima ekor dalam beberapa pekan.
Hingga saat ini, lanjut dia, lintah yang dibudidayakan ada sekitar 40 ribu. Jumlah itu juga dibatasi lantaran keterbatasan lahan dan modal.
“Budidaya lintah sempat tembus di angka 100 ribu, karena permintaan konsumen untuk diekspor ke luar,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, di masa pandemi Covid-19 permintaan lintah berkurang sehingga budidaya juga dibatasi.
“Sekarang ini lintah tersebut dijadikan terapi untuk penyakit,” ungkapnya.
Lebih jauh Abdul Gani mengatakan, untuk terapi lintah belajar secara otodidak, kemudian menimba ilmu, pasalnya lintah ternyata menggandung zat seperti hirudin, histamine, enzim calin, carboxypeptidase A inhibitor dan kolagen.
“Sampai sekarang ini, lintah digunakan untuk terapi, seperti penyakit diabetes dan penyakit lainnya,” ulasnya.
Selain lintah, bahkan sekarang ini, dirinya bersama rekan-rekan lainnya, melakukan budidaya ikan dan ayam.
“Ya bersama rekan-rekan juga budidaya ikan dan ayam, masih di kawasan Bedahan,” pungkasnya.*cky