CILODONG, planetdepok.com | Barinas menggelar Diskusi Minggon Barinas yang meggangkat topik “Optimisme Hasil Pilkada Depok 2020″ di Sekretariat Barinas di Cilodong, Senin sore (28/9/2020)
Diskusi Minggon dihadiri para anggota Barinas, relawan Karip Pradi dan Ketua KPNP, Anwar Nurdin untuk memberikan edukasi politik dan bicara berdasarkan data sehingga tidak terjebak optimisme semu tanpa dasar, sekaligus bisa susun strategi kemenangan calon yang diusung.
Pendiri Barinas, Maryono mengutarakan data hasil Pillada 2015. Saat itu Idrus Pradi didukung PKS, Gerindra, Demokrat PBB peroleh suara 421.367 (61,91%), Dimas Babay didukung GOLKAR, PDIP PAN, PP, PKB peroleh suara 251.367( 38,09%). Dan 46% pemilih tetap, 500 ribuan tidak hadir di TPS atau Golput.
Menurutnya, apabila kita mengharapkan tingkat partisipasi pemilih di pilkada 2020 sama dengan Pileg/Pilpres 2019, sebesar 81 %, tapi tingkat partisipasi pemilih di Pilpres sepanjang pemilu 2004, 2009, 2014, dan 2019 lebih tinggi dari Pilkada.
‘Partisipasi pemilih 60 -70 % di Pilkada Depok 2020, sudah prestasi, prediksinya.” jelas Maryono yakin.
Dia juga mengemukakan tentang karakter pemilih. Ada pemilih yang gamang (swing voter) dan ada pemilih yang militan. Maryono menunjukan data pilpres. Sejak pilpres 2004 – 2019 dan hasil Pilkada 2005 – 2015 perolehan suara dan kursi di DPRD bagi Gerindra, PDIP, GOLKAR, PKB perubahan jumlah relative kecil , PKS 2009 turun dan 2015 naik, PPP relatIve tetap dan Demokrat cenderung turun.
Maknanya partai koalisi Gerindra suara pemilihnya konsisten dari pemilu ke pemilu. Dan tunjukan militansinya. BahKan hasil pileg DPRD Depok, koalisi Gerindra menang jumah suara di ke 6 Dapil bahkan sebagian besar Dapil menang telak.
“Konsistensi jumlah suara sepanjang Pemilu/Pilkada tentunya bukti ketangguhan koalisi Gerindra walaupun rivalnya berupaya sekuat tenaga mempengaruhi anggotanya.” kata Maryono.
Maryono menambahkan salah satu sebab mereka tidak datang ke TPS adalah pergeseran perilaku pemilih. Mereka tidak hanya menentukan pilihannya berdasarkan identifikasi kepartaian, melainkan mulai menggunakan isu dan kinerja kandidat, sebagai referensi pilihannya.
“Oleh karena itu, Swing Voter dari Golput bisa diperoleh melalui isu dan kinerja calon selama ini. Kandidat akan dinilai kinerja dan latar belakangnya. Bagi pemilih rasional yang gambang berayun (swing voters) cenderung menyukai figur-figur alternatif yang bersih tidak terkontaminasi korupsi dan nepotisme di birokrasi.” jelas Maryono
Dalam diskusi juga terungkap data kemenangan Idris-Pradi pada 2015, konstribusi suara Gerindra menentukan kemenangan dan saat ini Gerindra cerai dengan PKS.
“Itu artinya dalam Pillada 2020, suara kemenangan pilkada 2015, pecah terbagi ke kubu Koalisi Gerindra dan Koalisi PKS.” ungkap Ningworo.
Ningworo menambahkan, saat PKS, Gerindra, Demokrat menang di Pilkada 2015 dengan suara 411 ribuan, kemenangan ini adalah suara ketiga partai pendukung. Ketika Pilkada 2020, Gerindra berseberangan, dengan PKS sudah dapat diperkirakan, suara itu akan pecah dan dapat diperkirakan berapa sisa suara PKS.
“Tidak mungkin 70 % hasil Pilkada 2015 suara PKS karena jumlah suara di Pileg Dewan 2019, Gerindra dan koalisinya menang di Dapil 1 sd 6 dan beberapa menang telak. Fakta ini bagian indikator hasil Pilkada Depok 2020” jelasnya.
Bila tingkat partisipasi pemilih di pilkada Depok 2020 diprediksi berkisar 60-70 %, swing voter 30 % akan diperebutkan. Demikian prediksi para peserta diskusi.
“Koalisi Gerindra/ PDIP di Pilkada Depok 2020 optimis menang. Pemilihnya yang konsisten sepanjang Pemilu itu adalah fakta penting yang menjadi referensi internal dan relawan pendukung, untuk tetap berjuang dan waspada.” pungkas Ningworo menyemangati.**