DEPOK, planetdepok.com – Geliat Pilkada Kota Depok mulai terasa menghangat pasca Idul Fitri kemarin, sejumlah tokoh politisi maupun tokoh masyarakat, mulai menggadang-gadang balon (bakal calon), siapakah yang memungkinkan untuk memimpin Depok dimasa yang akan datang.
Putra Gara Direktur Lembaga Kajian Sekber Wartawan (LKSW) Kota Depok menilai, lempar bola yang diglontorkan para politisi Kota Depok terkait Balon, merupakan uji coba opini, dimana lewat opini publik itu asumsi akan menjadi kesimpulan.
“Meski begitu, hal ini penting untuk mempersiapkan para kandidat, sejauhmana persiapannya sesuai dengan opini publik itu sendiri. Karena dalam lempar bola uji opini tersebut biasanya dibarengi oleh isyu kekiniannya,” ungkap Gara, minggu, (16/6/19).
Lebih jauh dia mengungkapkan, siapa pun punya hak politik sama, untuk mengisi alam demokrasi ini, tetapi yang harus disiapkan para kandidat adalah mesin politik, ini salah satu langkah konkrit dari tolak ukur kemenangan.
“Partai dan elemen masyarakat menjadi tolak ukur kemenangan yang pasti, karena partai menjadi mesin politik, sedangkan elemen masyarakat adalah amunisinya. Bila ini sejalan, tolak ukur kemenangan sudah dapat digambarkan,” jelas Gara.
Gara menyatakan PKS sebagai pemenang pemilu dengan kursi yang dominan di dewan, menjadi ketentuan pemenang kembali memimpin Depok di eksekutif. Apa lagi walikota saat ini, Idris Somad, pada tahun 2014 kemarin duduk menjadi walikota dengan baju PKS.
“Kalau kekuatan PKS di dewan dengan dominasi kursinya menginginkan eksekutifnya juga PKS, jalan terbaik adalah tetap menempatkan Idris Somad untuk kembali diberi mendat. Tugas partai selanjutnya adalah memperkuat melalui koalisi yang sejalan dengan visi dan misi membangun Depok kedepan,” terangnya.
Bila mandat PKS untuk Idris Somad mulai ditetapkan, Gara melihat, maka mencari rekan koalisi akan mudah terlihat, dan bisa cepat susun program.
“Untuk kandidat lain, peluang tetap ada kesempatan, tetapi saya melihat hal itu hanya untuk nilai tawar. Sedangkan untuk petahana, tinggal mencari kawan koalisi yang bisa melengkapi. Jangan sampai salah pilih gandengan dan koalisi, karena opini publik juga bisa jadi kekuatan publik, ini harus gati-hati dan juga perlu dikaji,” pungkasnya. *cky